Iniadalah bulan yang sangat bermakna bagi umat Kristiani karena di bulan inilah kita merayakan kelahiran Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat yang telah membebaskan kita dari belenggu kutuk dan dosa sehingga dilayakkan untuk masuk ke tahta Allah, bertemu denganNya dan mendapatkan janji keselamatan.
Fokus Hidup – “Apa makna Natal menurut Alkitab? Bagaimana peristiwa Natal di mata Orang Majus? Apa yang dilakukan oleh Orang Majus dalam merespons kabar baik mengenai Natal? Simak artikel yang berjudul Natal Menuntun Kita Kepada-Nya ini dengan seksama. Artikel ini merupakan penjelasan detail dari artikel ringkasan khotbah yang dipublish sebelumnya, berjudul “3 Cara Mengalami Tuhan Tuhan, Penting Disimak…“. Latar Belakang Natal Natal berasal dari ungkapan bahasa Latin Dies Natalis Hari Lahir. Dalam bahasa Inggris perayaan Natal disebut Christmas, dari istilah Inggris kuno Cristes Maesse 1038 atau Cristes-messe 1131, yang berarti Misa Kristus. Natal berarti kelahiran Kristus yang pernah terjadi di dalam dunia. Natal diperingati setiap tanggal 25 Desember. Tetapi jika dipelajari dengan seksama, maka kita akan menemukan bahwa Tuhan Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember, sebab pada bulan Desember jatuh pada musim dingin atau salju, sehingga tidak mungkin para gembala-gembala ada di padang menjaga domba-dombanya Luk 28. Jadi Yesus tidak lahir pada bulan Desember. Di sisi lain, kelahiran Tuhan Yesus yang ditetapkan pada tanggal 25 Desember merupakan proses sejarah. Baca juga GENERASI PENYEMBAH TIGA CARA MENJADI PENYEMBAH Menurut sejarah, melalui Konsili tahun 325, Konstantinus I, kaisar Romawi pertama yang menjadi Kristen, memutuskan dan menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Dalam upaya untuk membuat kekristenan diterima dan penyembah dewa-dewa beralih menyembah Sang Pencipta alam semesta, maka ditetapkanlah tanggal 25 Desember yang diperingati oleh masyarakat non Kristen sebagai hari kelahiran dewa matahari yang tak terkalahkan, menjadi memperingati hari kelahiran Kristus. Pemujaan terhadap dewa matahari pada setiap 25 Desember, telah berpindah kepada perayaan Natal. Kemeriahan pun terjadi, dimana orang Kristen merayakan Natal, tetapi juga non Kristen merayakan kelahiran dewa matahari. Mungkin hal inilah yang melatar belakangi Natal menjadi sebuah perayaan yang meriah, di tambah lagi perkembangan sejarah dan munculnya Santa Klaus, Pohon Natal, dlsb., membuat semakin lengkaplah kemeriahan Natal, hingga saat ini. Padahal kelahiran-Nya atau Natal menutun kita untuk mengenal Dia. Bolehkah Merayakan Natal? Ada yang berpendapat bahwa orang Kristen tidak boleh merayakan Natal karena awalnya adalah perayaan memperingati hari lahirnya dewa matahari. Memang awalnya demikian, tetapi hal itu merupakan upaya agar banyak orang percaya, mengenal, bahkan beralih menyembah kepada Tuhan yang benar. Dan kita bebas memilih mau merayakan atau tidak, tetapi ingat Kristus pernah lahir ke dunia. Tidak ada salahnya kita merayakan Natal dengan kemeriahan dan kita juga bersyukur dunia mengakui bahwa Sang Juruselamat pernah lahir di dunia, sebab dunia juga memeriahkan hari Natal. Sayangnya Natal sudah menjadi budaya dan kemeriahannya terasa melalui ornamennya saja, bukan karena menyadari “kasih-Nya” besar. Karena itu gereja harus terus memberitakan peristiwa Natal bagi jemaat dan bagi dunia, sehingga banyak orang menyadari kasih Tuhan yang besar dan memperoleh keselamatan hidup kekal. Tetapi ingat, kelahiran adalah hal yang sangat penting, namun kematian dan kebangkitanNya adalah hal yang juga sangat penting, dan keistimewaannya juga sama. Jadi selain Anda istimewakan Natal, istimewakan juga penebusan Kristus atau hari Paskah. Kelahiran, kematian, dan kebangkitan merupakan satu paket dari sebuah peristiwa penyelamatan dunia yang dikerjakan oleh Kristus. Dampak dari kelahiran Kristus ialah salah satunya Ia menuntun Orang Majus melihat Sang Raja atau Mesias yang dijanjikan. Juga Natal menuntun kita untuk datang menyembah Dia. Mengapa Yesus harus lahir? Sudah dinubuatkan dalam Kej 315 Keturunan perempuan meremukkan kepalanya, Yesaya 714 lahir dari perempuan muda dan dinamakan Imanuel, dan masih banyak lagi nubuatan lainnya tentang Yesus. Yesus Datang Memanggil Orang-orang Berdosa Luk. 532. Yesus Datang Menyelamatkan Dunia Yoh. 1247. Yesus Datang Memberikan Hidup-Nya Mrk. 1045. Yang sangat disayangkan adalah Yesus sebenarnya datang kepada umat pilihan-Nya tetapi mereka menolaknya Yoh 19-14. Namun anugerah keselamatan diberikan kepada bangsa-bangsa melalui percaya. Mereka yang percaya diberi kuasa menjadi “Anak-Anak Allah”. Jadi karena Kristus datang ke dunia ini, maka kita dapat memperoleh keselamatan melalui percaya kepada-Nya dengan segenap hati kita, dan kita juga dipakai sebagai mitra Allah dalam memperluas kerajaan Allah atau dalam pekerjaan-Nya. Ada berbagai anggapan makna Natal, yakni Natal sejarah mengagumkan bagi dunia, Natal adalah refleksi kasih bagi dunia Yoh 316, Natal adalah sukacita sejati, Natal adalah anugerah keselamatan, Natal adalah yang tidak berubah datang untuk mengubah dunia yang gelap, dsbnya. Semuanya itu benar. Namun dalam nats ini peristiwa Natal itu menuntun Orang Majus datang kepada Tuhan dan menyembah Dia. Orang Majus dituntun Tuhan melalui bintang. Siapakah Orang Majus ini Orang-orang bijak ini berasal dari Arab, Mesopotamia, Mesir, atau tempat-tempat lain di Timur. “Timur” bukan dalam pengertian kita, pengertian modern, melainkan merujuk kepada negara-negara yang terletak di bagian timur maupun sebelah utara Palestina. Dalam tradisi Kristen, Orang majus dari bahasa Latin magus atau Orang Bijak juga Raja-raja dari Timur sering dianggap sebagai orang dari kerajaan Media, mungkin pendeta Zoroastrian, atau mungkin juga magi bentuk plural dari magus yang mengenal astrologi dari Persia kuno. Tradisi menyatakan ada tiga orang Majus, dan mereka bernama Caspar, Melchior dan Balthasar, yang datang dengan membawa serombongan besar pelayan dan unta. Majus Kata Yunani “μαγο – magos” ditujukan buat para imam, orang bijak, dari Madai, Persia, dan Babilonia. Dalam PB pemakaian kata itu meluas. Kata itu pun ditujukan buat nabi palsu, ahli sihir, ahli nujum, dan sejenisnya Kisah 89; 136,8. Tetapi Orang Majus ini adalah orang bijak dan ahli astrologi atau perbandingan yang adalah raja-raja dari Timur yang dituntun Tuhan melalui bintang untuk mencari bayi Yesus. Melalui kisah orang Majus, kita akan belajar mengenai tuntunan Tuhan yang nyata kepada mereka dan keberadaan mereka yang mau datang menyembah Yesus. Perlu kita ketahui bahwa bukan hanya Orang Majus yang mendapat tuntunan Tuhan melihat Mesias yang lahir, melainkan kita juga akan dituntun Tuhan untuk melihat kemuliaan-Nya. Karena itu, marilah kita bersedia atau memberikan diri untuk dituntun Tuhan sama seperti Orang Majus yang dituntun Tuhan. Arti Judul “Natal menuntun Kita Kepada-Nya” Maksud judul “Natal menuntun kita kepada-Nya” ialah seperti halnya kelahiran Kristus menuntun Orang Majus datang kepadaNya, peristiwa kelahiran Kristus 2000 tahun yang lalu juga menuntun kita untuk datang kepada Tuhan dan melihat kemuliaanNya. Inilah berkat Natal itu, yakni Tuhan sendiri yang menuntun kita kepadanya. Baca juga PENTINGNYA MENGETAHUI TEOLOGI PAULUS DALAM SURAT TITUS Bintang adalah sarana yang dipakai Tuhan untuk menuntun Orang Majus melihat kemuliaan Tuhan, maka Tuhan pun bisa memakai siapa saja untuk bisa menuntun kita atau orang lain datang kepada-Nya. Yang pasti peristiwa Natal itu sebenarnya menuntun kita kepada-Nya sehingga kita dapat memeroleh kemuliaan-Nya, menikmati janji-Nya, dan mendapat hidup kekal bersama Kristus. Maukah kita menjadi bintang bagi orang lain sehingga dapat menuntun banyak orang datang kepada Yesus? Agar Mengalami Tuntunan Tuhan Sebagaimana Orang Majus dituntun kepadaNya sehingga datang menyembah Dia, maka Tuhan juga mau menuntun kita. Namun pertanyaannya, bagaimana agar kita mendapat tuntunan Tuhan seperti halnya Orang Majus? Jika kita membaca Nats ini, paling tidak kita menemukan tiga cara agar kita dapat mengalami tuntunan dari Tuhan melalui berbagai sarana. Marilah kita belajar dari Orang Majus. Untuk itu, ada tiga cara yang dapat kita lakukan melalui belajar dari orang Majus, agar kita mengalami tuntunan Tuhan sehingga kita dapat melihat kemuliaan Tuhan yang nyata seperti halnya Orang Majus melihat kemuliaan Tuhan yang nyata melalui peristiwa Natal, yaitu dengan mencari Hadirat Tuhan Matius 21-2, mengikuti Tuntunan Tuhan Matius 29-10, dan memberi bagi Tuhan Matius 211. Natal menuntun kita kepada kebenaran-Nya. Peristiwa natal itu sendiri, sampai detik ini sebenarnya menuntun kita kepada-Nya, sehingga kita mengalami kasih-Nya dan beroleh damai sejahtera. Berikut adalah penjelasan bagaimana agar kita mengalami tuntunan Tuhan, sebagaimana Orang Majus mengalami tuntunan Tuhan pada momen Natal atau pada kelahiran Tuhan Yesus 2000 tahun yang lalu. I. Dengan Mencari Hadirat Tuhan Mat 21-2 Orang Majus melakukan perjalanan yang panjang mencari Tuhan. Mereka datang dari jauh, dari Timur, mereka rela menempuh perjalanan yang panjang. Kita tahu zaman dahulu belum ada mobil, pesawat, dan motor, kendaraan tradisional yang digunakan ialah unta. Namun kabar kelahiran Kristus menuntun mereka, begitu juga Natal menuntun kita kepada-Nya. Tetapi mereka bukan hanya tiga orang saja, melainkan serombongan yang banyak, yang mungkin adalah pengawal atau pasukan mereka, karena mengingat mereka orang bijak dan raja-raja dari Timur. Mungkin saja ada bahaya di perjalanan yang mereka tempuh karena banyaknya perampok di padang gurun, namun mereka rela melewati padang gurun untuk mencari hadirat Tuhan itu sendiri, yakni di mana Sang Raja atau Juruselamat dunia lahir. Mereka bersedia menempuh perjalanan yang panjang untuk bertemu dengan Yesus. Mereka mengikuti petunjuk Tuhan melalui bintang. Tetapi setelah mereka tiba di Betlehem, bintang itu tidak muncul lagi. Ketika bintang itu berhenti atau tidak muncul, ada teladan yang baik untuk kita terapkan dalam kehidupan kita untuk mencari Tuhan, yakni mereka tidak akan pulang sebelum bertemu dengan Yesus. Meski tanpa petunjuk bintang mereka tidak pulang kembali atau putus asa tetapi mereka tetap mencari-cari. Di dalam ayat 2, dijelaskan upaya selanjutnya yang mereka lakukan untuk bertemu dengan Sang Anak, yakni mereka bertanya-tanya akan tempat kelahiran Kristus. Di sinilah letak keseriusan dari Orang Majus yang dapat kita teladani, mereka tidak putus asa dan mau mencari hadirat Tuhan itu dengan bertanya-tanya. Hal ini tentu mengingatkan kita, sejauh manakah kita mencari hadirat Tuhan? Kita tidak hidup di zaman Orang Majus di mana mencari Tuhan, mereka harus menempuh perjalanan jauh, tetapi sekarang Kristus telah lahir, mati, bangkit, dan naik ke sorga, bahkan gereja-Nya pun ada di mana-mana termasuk di kota tempat kita tinggal. Mencari Tuhan, kita tidak perlu berjalan kaki melewati padang gurun atau melewati berbagai kesulitan wilayah, kita bisa menggunakan kendaraan mobil, motor, atau sepeda untuk menuju gereja lokal tempat kita beribadah. Begitu mudah untuk mencari Tuhan, lantas kenapa ada banyak orang Kristen malas beribadah? Seharusnya tidak ada alasan untuk tidak mencari Tuhan apabila kita melihat sikap Orang Majus yang rela menempuh perjalanan jauh untuk mencari hadirat Tuhan. Apakah karena seolah-olah tidak ada petunjuk lagi lantas kita berhenti? Orang Majus tidak berhenti mencari hadirat Tuhan ketika tidak ada petunjuk lagi melainkan mereka bertanya-tanya. Ketika kita sudah beribadah, sudah berdoa, bahkan sudah melayani tetapi sepertinya Tuhan tidak menjawab doa kita, atau mungkin kita merasa sepertinya Tuhan itu jauh, apa Anda berhenti setia? Banyak orang mulai malas berdoa, malas beribadah, bahkan malas menjaga kekudusan hidup karena sepertinya Tuhan tidak menuntun lagi. Janganlah kita berhenti! Belajarlah kepada Orang Majus ini, mereka inisiatif bertanya-tanya. Karena itu, jangan kita berhenti melakukan aktifitas rohani kita ketika masalah tidak kunjung usai, pertolongan Tuhan tidak kunjung datang, dan tantangan hidup begitu berat. Tetaplah lakukan bagianmu untuk Tuhan, tetaplah berdoa, beriman, dan melayani. Belajarlah kepada Orang Majus, mereka tidak putus asa dan tetap mencari hadirat Tuhan. Natal menuntun kita sehingga kita menemukan hadirat-Nya. Cara untuk mencari hadirat Tuhan Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hati Setialah beribadah, bersaat teduh, dan membangun relasi dengan Tuhan Tetaplah tekun beribadah dan melayani Jangan pernah kecewa atas apa yang engkau alami karena Tuhan sedung membentuk kita Teruslah belajar Firman Tuhan II. Mengikuti Tuntunan Tuhan ay. 9-10 Sudah dijelaskan di atas, meski tidak ada petunjuk lagi, Orang Majus ternyata tidak putus asa. Setelah bertanya-tanya bahkan mereka telah dipanggil oleh Herodes, bintang itu rupanya muncul kembali. Hal ini mengingatkan kita bahwa jangan pernah berhenti mencari Tuhan, sebab akan ada petunjuk lagi dari Tuhan sehingga kita tiba di tempat yang Tuhan kehendaki. Sebab kelahiran-Nya atau Natal menuntun kita kepada-Nya. Yang menjadi pertanyaan, mengapa Tuhan seolah-olah sengaja menghilangkan bintang penunjuk bagi orang Majus sehingga mereka terhambat menemui Sang Anak? Hal ini sama halnya dengan kita ketika mengalami persoalan dan tantangan padahal kita sedang giat-giatnya melayani Tuhan. Mungkin kita akan berkata, mengapa Tuhan Engkau seolah-olah tidak lagi menolong atau tidak lagi memberikan petunjuk kepadaku? Bintang itu hilang atau Orang Majus itu tidak lagi melihat bintang itu agar tersiar kabar di Betlehem, bahwa ada Sang Raja yang lahir di Betlehem, bahkan kabar itu sampai kepada Herodes. Dengan bertanya-tanya akan tempat kelahiran-Nya, sesungguhnya Orang Majus sedang dipakai Tuhan untuk memberitahukan atau memberikan kesaksian kepada kota itu bahwa di Betlehem, di kota itu ada Mesias yang sudah lahir. Peristiwa Natal tidak hanya menuntun orang Majus, juga Natal menuntun kita. Demikian juga kita, Tuhan ijinkan kita mengalami persoalan adalah sebagai bentuk ujian apakah kita masih mencari Tuhan atau tidak, atau agar kita pun menjadi kesaksian kepada dunia, bahwa kita memiliki Tuhan yang setia dengan membuktikan kesetiaan kita kepada Tuhan dalam berbagai persoalan, kesulitan, atau penderitaan. Setelah bintang muncul, Orang Majus pun mengikutinya. Mereka tidak menggunakan nasihat orang lain, atau tebak-tebakan sesuai dengan ilmu mereka tetapi mereka tetap kembali mengikuti bintang itu. Bagaimana dengan kita? Sekian lama kita mengikut Tuhan, masihkah kita tetap meminta tuntunan atau ada dalam tuntunan Tuhan? Atau sebaliknya, malah kita semakin menjauh? Jangan pernah berhenti dengan kehidupanmu tetapi tetap ikuti tuntunan Tuhan. Milikilah ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan. Apapun yang terjadi, tetaplah ikut Tuhan. Apa akibatnya jika tetap mengikuti tuntunan Tuhan? Pada ayat 9, Orang Majus mengikuti bintang itu, dan bintang itu berhenti di sebuah rumah di mana Anak itu berada. Pada ayat 10, Orang Majus bersukacita karena Natal. Ketika mereka kembali melihat bintang itu, mereka sangat bersukacita. Ada sukacita besar yang akan kita peroleh ketika kita tetap bertahan dan terus hidup dalam tuntunan Tuhan. ay 10. Bila Natal menuntun kita kepada-Nya, maka kita juga beroleh berkat sukacita dan damai sejahtera. Cara supaya tetap ada dalam tuntunan Tuhan atau Natal menuntun kita Nantikanlah Tuhan. Tetaplah menantikan Tuhan dengan selalu meminta kehendak-Nya yang jadi dan tetaplah menjadi pelaku Firman. Peganglah janji Tuhan. Selain menanti-nantikan Tuhan, peganglah janji Tuhan. Ia adalah Tuhan yang setia, pasti akan menggenapi janji-Nya atasmu. Jangan pernah kecewa. Jika ada tantangan, gesekan, atau persoalan, di rumah, sekolah, lingkungan, bahkan dalam pelayanan, jangalah menjadi kecewa, tetapi teruslah hidup takut akan Tuhan. Teruslah belajar. Yang tidak kalah pentingnya ialah teruslah belajar Alkitab dan milikilah pengetahuan Alkitab yang benar. III. Memberi Bagi Tuhan Matius 211 Setelah tiba masuklah mereka ke rumah itu. Jelas sekali Orang Majus menemui bayi Tuhan Yesus, bukan lagi di kandang domba melainkan di sebuah rumah. Dengan kata lain Tuhan Yesus yang lahir di kandang domba tidak lagi berada di situ melainkan sudah di sebuah rumah. Demikian juga kita, Natal menuntun kita untuk datang kepada-Nya dan memberi yang terbaik bagi Dia. Yang menemui bayi Tuhan Yesus di kandang domba adalah gembala-gembala Luk 2-10. Orang Majus tidak bersamaan dengan gembala-gembala menemui Tuhan Yesus, melainkan secara terpisah. Kira-kira berapa usia Tuhan Yesus ketika Orang Majus menemuinya? Orang Majus menemui Tuhan Yesus di rumah, bukan lagi di kandang domba. Kata “Anak” bukan lagi menunjuk kepada seorang bayi, melainkan menunjuk kepada seorang yang telah berusia satu tahun ke atas. Perjalanan Orang Majus membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga tiba di Betlehem, atau bahkan tahunan. Dapat diperkirakan Tuhan Yesus sudah berumur dua tahun ketika mereka menemuiNya. Bisa jadi Yesus berumur dua tahun karena Herodes memerintahkan membunuh semua anak di Betlehem yang berusia di bawah dua tahun. Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. Mat. 216 Hal ketiga yang tidak kalah penting yang dapat kita pelajari dari Orang Majus ialah mereka mau memberi bagi Tuhan. Orang majus memberi di sini bukan asal, biasa, dan yang penting sudah memberi. Tetapi memberi yang terbaik bagi Tuhan. Apa yang mereka beri? Ada dua hal yang mereka beri kepada Tuhan sebagai pemberian yang terbaik. Pemberian Orang Majus yang terbaik ialah Diri mereka sendiri mereka datang menyembah Dia. Perjalanan jauh yang ditempuh oleh mereka, ternyata bukan sebagai perjalanan biasa melainkan perjalanan keagamaan untuk bertemu tokoh yang besar. Tokoh inilah yang telah dinubuatkan dalam PL yang mereka pelajari selama ini. Sebagai ahli perbintangan atau astrologi, ilmu mereka tidak mereka gunakan untuk hal yang sia-sia, justru mereka gunakan untuk mencari kebenaran sejati. Berbeda dengan orang cerdas jaman sekarang ini. Mereka menggunakan keahlian mereka untuk menentang kebenaran Alkitab. Terbukti adanya teori big bang, revolusi, dan sebagainya ,yang membuat mereka menolak bahwa Tuhan sebagai pencipta. Bahkan banyak di antara mereka menjadi atheis. Tidak dengan Orang Majus, ilmu mereka dan bahkan hidupnya, mereka bawa kepada Tuhan. Mereka datang dari jauh untuk menyembah Tuhan. Mereka datang untuk mempersembahkan hidup mereka sebagai penyembah Allah. Mereka mempersembahkan diri mereka melalui menyembah Dia. Kelahiran Kristus atau Natal menuntun Orang Majus, juga kelahiran Kristus atau Natal menuntun kita untuk menyembah Dia. Memberi materi emas, kemenyan, dan mur. Selain mereka menyembah Dia, ternyata mereka juga sudah mempersiapkan persembahan yang terbaik bagi Tuhan yakni emas, kemenyan, dan mur. Menurut legenda Emas dipersembahkan oleh Melkhior, orang Persia, berambut putih; Kemenyan dipersembahkan oleh Gaspar, orang India, badan bersih yang kemerah-merahan; Mur dipersembahkan oleh Balthasar, orang Arab, hitam dan berjanggut lebat. Mur semacam obat, Mrk 1523. Emas, kemenyan, dan Mur bukan barang murah pada zaman dahulu melainkan barang mahal. Jadi mereka memberikan yang terbaik. Emas – barang berharga; Kemenyan – wangi-wangian; Mur – minyak urapan. Kita pasti tahu apa itu Emas, sebab dari dulu hingga sekarang, emas masihlah berharga. Tetapi apa itu kemenyan dan Mur? Kemenyan Kemenyan, bahan ini merupakan getah keras yang berasal dari beberapa macam pohon tertentu, khususnya Boswellia Carterii, B. Papyrifera, dan B. Thurifera , yang terdapat di Arabia bagian barat-daya, Etiopia dan India. Kemenyan menjadi sumber kekayaan para pedagang yang menempuh jalan perdagangan kuno dari Arabia Selatan ke Gaza dan Damsyik Yes 606 Kemenyan menjadi salah satu unsur ukupan yang kudus Keluaran 3034 dan dibakar pada saat korban sajian dipersembahkan Imamat 615, kemenyan tulen dibubuhkan di atas setiap susunan roti sajian di Kemah Suci Imamat 247. Mur Mur adalah getah dari torehan batang dan cabang suatu pohon yang rendah yang disebut Commiphora myrrha dulu Balsamodendron Myrrha atau Chommiphora Kataf. Kedua tumbuhan itu asli Arabia Selatan dan bagian Afrika yang berdekatan. Getah menetes dari pohon dan menjadi kental dan berwarna kuning coklat dan berminyak. Mur adalah jenis “Damar” dari getah dari torehan batang dan cabang suatu pohon yg rendah semacam pohon balsem yang berduri dan keras kayunya disebut Commiphora abyssinica atau Commiphora myrrha dulu Balsamodendron myrrha atau Commiphora kataf. Getah menetes dari pohon dan menjadi kental berwarna kuning coklat dan berminyak. Getah-nya ini rasanya pahit dan berbau wangi. Pohon ini tumbuh di Arab-selatan dan bagian Afrika yg berdekatan Mur digunakan untuk membuat minyak urapan kudus Kel 3023-33 Mur dinilai tinggi karena harum baunya Mazmur 459, Amsal 717, Kidung 36; 414; 55, 13, dipakai untuk wangi-wangian perempuan Ester 212 dan kosmetik. Untuk melihat kemuliaan Tuhan, tidak cukup kita mencari dan mengikuti tuntunan Tuhan, harus disertai memberi yang terbaik untuk Tuhan sebagaimana Orang Majus juga memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Ada harga yang harus kita bayar ketika kita mengikut Tuhan. Maukah kita berkorban perasaan, pikiran, fisik, maupun harta? Berilah yang terbaik bagi Tuhan, maka kita akan mendapatkan yang terbaik dari Tuhan. Baca juga 5 FAKTA ATAU BUKTI YESUS BENAR-BENAR MATI DISALIBKAN DI ATAS KAYU SALIB Untuk mengalami tuntunan Tuhan, tidak bisa tidak, kita harus belajar untuk memberi yang terbaik bagi Tuhan. Sebab kita akan berkenan di hadapan Tuhan ketika kita selalu memprioritaskan Tuhan. Bahkan Ia akan memakai dan menuntun kita hingga kita kembali berpulang kepada-Nya. Berilah yang terbaik bagi Dia Matius 633. Kesimpulan Belajarlah kepada Orang Majus yang mendapat tuntunan menemui Raja di Atas raja. Untuk mengalami tuntunan Tuhan sebagaimana Orang Majus di tuntun Tuhan atau sebagaimana kelahiran Kristus atau Natal menuntun kita pada pengenalan yang benar. Maka Marilah kita mencari hadirat Tuhan. Teruslah mencari Tuhan atau tetap setia kepada Tuhan apapun yang terjadi, sebagaimana Orang Majus mencari Tuhan. Marilah kita mengikuti tuntunan Tuhan. Jangan pernah mundur dan teruslah berharap pada tuntunan Tuhan. Dan yang perlu kita lakukan adalah tetap Marilah kita memberi bagi Tuhan. Memberikan yang terbaik bagi Tuhan ialah melalui hidup kita dan apa yang kita miliki. Tuhan mau kita memberi yang terbaik baginya dan menerima yang terbaik bagi Tuhan. Dilarang meng-copy dan publish ulang tulisan berjudul “Natal Menuntun Kita Kepada-Nya” ini, tanpa seijin penulis Jika Anda merasa diberkati dengan artikel berjudul “Natal Menuntun Kita Kepada-Nya” ini, bagikanlah artikel ini kepada sahabat, keluarga, dan rekan-rekan Anda. Jangan lupa, Like Sukai Fanspage Facebook Fokus Hidup yang ada di situs ini atau klik DI SINI untuk mendapatkan info-info terbaru dari Mari bergabung juga dengan grup Facebook Fokus Hidup dengan cara klik DI SINI. Silahkan tinggalkan komentar Anda, bila ingin menanggapi, bertanya, ataupun memberikan saran dan kritik. Jangan berhenti di tangan Anda, tetapi bagikanlah artikel Natal Menuntun Kita Kepada-Nya ini, melalui sosial media Facebook, Twitter, Google+, dll. Anda. Sebab dengan demikian, Anda juga sudah berpartisipasi dalam mengajarkan kebenaran Alkitab. Selain itu, teruslah bertekun dalam Kristus. Tuhan Yesus Memberkati …!!! Jangan lupa, kunjungi juga beberapa artikel di bawah ini yang menguatkan iman Saudara. Bom Di Malam Natal, Kisah Sang Pahlawan Kemanusiaan Kiat Si Bodoh yang Menjadi Miliarder 8 AKIBAT MENOLEH KE BELAKANG, PENTING DISIMAK Menoleh Ke Belakang? Milikilah Ketaatan… Melayani Dibutuhkan Tindakan Kepedulian
Renungan Sebuah Kisah Natal. Wed, 12/03/2008 - 00:00 — admin. itulah gambaran dan pilihan yang diberikan Allah kepada manusia, dan tentu saja, itulah makna perumpamaan di atas. Perayaan Hari Raya Kristen Sumber. Judul Buku: Edisi Natal Santapan Rohani: Hadiah Terindah . Pengarang:
Beberapa minggu sebelum Natal, kita telah mendengar banyak lagu Natal yang dikumandangkan di berbagai departement store, demikian pula dengan sales tahunan yang disertai kehadiran Santa Claus di mana-mana. Natal memang telah menjadi milik dunia, namun sayang sekali makna dan tujuan Natal yang hakiki telah dilupakan. Natal yang spiritual telah menjadi Natal yang karena itu melalui Renungan Natal sederhana dan singkat ini marilah kita menelaah kembali makna dan tujuan Natal yang semula. Dalam nubuatan Nabi Yesaya, salah satu nama yang diberikan kepada Yesus, sang bayi Natal; adalah Raja Damai Yesaya 65 Salah satu tujuan Natal, kedatangan Tuhan ke dunia adalah untuk memperdamaikan kembali segala relasi yang telah dirusak oleh dosa. Oleh karena dosa maka relasi manusia dengan Allah, sesama, lingkungan dan diri sendiri telah terputus. Dan Yesus datang untuk memulihkan semuanya itu. Kerusakan Akibat Dosa Dalam Kitab Kejadian dinyatakan bahwa manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah, di dalam diri manusia terdapat sebahagian dari atribut Allah seperti intelek, emosi dan kehendak. Bahkan oleh penginjil Lukas Adam, disebut sebagai “anak Allah” Kejadian 126, Lukas 338. Sebenarnya manusia mempunyai posisi dan relasi yang sangat istimewa dengan Allah dibanding dengan mahluk ciptaan lainnya. Namun sayang sekali karena dosa nenek-moyang kita, karena ketidak-taatan serta pelanggaran Adam dan Hawa terhadap perintah Allah untuk tidak memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat yang terdapat dalam taman Eden Kejadian 216, maka posisi dan relasi tersebut hancur. Bahkan relasi dengan sesama, lingkungan serta diri sendiri juga berantakan. Karena dosa terjadilah kerusakan yang menyeluruh dalam kehidupan umat manusia! Selain murka Allah dan pengusiran manusia keluar dari taman Eden yang mengakibatkan putus hubungan manusia dengan Allah, dalam hubungan antar manusiapun terjadi saling berbencian. Adam menyalahkan Hawa dalam peristiwa pelanggaran tersebut dan Hawa menyalahkan si ular, mungkin karena takut kepada suaminya. Konflik keluarga dan gejala tersebut masih terus berlangsung sampai sekarang dalam banyak kehidupan rumah-tangga, sehingga perceraian dan orang-tua tunggal makin meningkat akhir-akhir ini. Demikian pula antara saudara sekandung terjadi kebencian. Kain si sulung sampai membunuh Habel, yang persembahannnya diterima Allah. Konflik dan gejala inipun masih terus berlangsung sampai sekarang. Khususnya bila kita meperhatikan kebencian dan kekerasan yang dilakukan oleh sesama saudara sebangsa oleh karena perbedaan kepercayaan. Misalkan yang terjadi di Irlandia antara Kristen Protestan dan Katholik, yang tak pernah berhenti sampai sekarang. Khusus bagi kita masyarakat Indonesia; perusakan, penghancuran dan pembakaran Gereja yang marak tahun ini di tanah air, serta dianiaya serta tewasnya beberapa hamba Tuhan dalam peristiwa-peristiwa tersebut merupakan suatu bukti masih sangat hangat. Akibat dosa manusia maka bumipun terkutuk dan lingkungan menjadi rusak, di mana manusia harus bersusah payah mencari nafkahnya Kejadian 317-19. Oleh karena itu tidak heran bila banyak orang berteriak ”Susah!”, menjelang Natal, Tahun Baru, Lebaran dan Imlek mendatang! Akibat parah yang lain karena dosa adalah putusnya relasi manusia dengan dirinya sendiri. Setelah Adam dan Hawa tahu bahwa mereka telajang, mereka tidak bisa menerima diri mereka sendiri, mereka malu dan menyembunyikan diri Kejadian 37-10. Gejala penolakan terhadap diri sendiri hingga sekarang masih terus berlansung. Betapa banyak orang yang tidak bisa menerima dirinya lalu membunuh diri, lari ke obat terlarang atau pergaulan bebas bahkan menjadi anti sosial, sebagai tempat persembunyian. Di tengah dunia dan kehidupan umat manusia yang hancur itulah Yesus Kristus datang di hari Natal untuk membawa damai yang menyeluruh, itulah makna dan tujuan Natal yang sebenarnya. Adakah kita mengalaminya? Tanpa mengalami perdamaian yang menyeluruh tersebut sesungguhnya Natal tiada bermakna bagi anda, sekalipun anda merayakannnya dengan sangat meriah dan mendapatkan semua hadiah yang didambakan. Perdamaian Empat Dimensi Perdamaian pertama yang harus kita alami adalah perdamaian dengan Allah, yang Maha Pengasih. Allah mencipta manusia adalah agar manusia dapat menikmati kasih Allah. Karena Allah adalah kasih I Yohanes 48, dengan sendirinya membutuhkan obyek. Allah bukanlah Allah yang egois, hanya mau saling mengasihi antara Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Kasih Allah membutuhkan obyek, maka Allah mencipta manusia yang serupa dan segambar dengan DiriNya, mahluk yang mampu menikmati kasih Allah. Bahkan setelah manusia memberontakpun Allah tetap mengasihinya ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yohanes 316. Ini adalah ungkapan kasih yang luar biasa. Manusia yang berdosa tidak sanggup mencari dan kembali kepada Allah, hanya karena kasihNya maka Ia telah datang dan mencari manusia agar kembali kepadaNya, berdamai denganNya. Biasanya kalau ada dua negara sedang bermusuhan adalah wajar bila negara yang lemah meminta berdamai kepada negara yang kuat. Namun dalam peristiwa Natal justru yang terjadi sebaliknya, Allah yang Maha Kuasa dan Kudus-lah yang menawarkan perdamaian bagi umat manusia yang berdosa, lemah dan najis. Dan perdamaian itu hanya bisa terlaksanan melalui kematian Yesus Kristus yang lahir di hari Natal itu Efesus 216, Kolose 120. Apabila tawaran perdamaian Allah kita sambut maka kita menerima pengampunan dosa, penebusan dari hukuman Allah, hidup kekal dan mempunyai hak kembali menjadi anak Allah seperti Adam sebelum jatuh dalam dosa. Namun apabila kita menolaknya maka pengadilan dan murka Allah-lah yang menanti kita sebab Alkitab/Firman Allah mengatakan”Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi.” Ibrani 927. Maukah di masa raya Natal ini anda menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan berdamai dengan Allah sambil berdoa”Ya Bapa di sorga, saya mengaku orang berdosa yang memberontak dan menjadi seteru Allah. Namun saya bersyukur di hari Natal Dikau telah mengutus Putra-mu yang Tunggal, Tuhan Yesus Kristus lahir di Betlehem untuk mati di Golgota; disalibkan menggantikan saya yang berdosa ini. Ampuni dan angkatlah dosa-dosa saya serta terimalah saya kembali menjadi anak-Mu. Amin” Damai dimensi kedua yang perlu kita alami adalah perdamaian dengan sesama kita. Entah sesama anggota keluarga, sanak-keluarga lain, anggota persekutuan atau seseorang yang telah bersalah kepada kita. Salah satu penghambat dalam pertumbuhan rohani/iman orang Kristen adalah mendendam atau menyimpan kesalahan seseorang dan tidak mau mengampuni dosa/kesalahan orang tersebut. Biarlah di masa raya Natal ini semangat pengampunan Allah yang dinyatakan dengan penjelmaan-Nya menjadi manusia untuk menanggung dosa umat manusia memberi kita inspirasi dan dorongan untuk mengampuni pula orang yang berdosa kepada kita. Ingatlah pepatah yang mengatakan “To err is human, to forgive is divine” dan “Humanity is never so beautiful as when praying for forgiveness or else forgiving another”. Namun disamping itu, kita yang telah berdosa atau bersalah kepada sesama kita, marilah dengan semangat kerendahan hati Allah yang mau menjadi bayi dan lahir dipalungan hina, mengakui kesalahan kita dan meminta maaf kepada orang yang kepadanya kita telah bersalah. Ketinggi-hatian adalah penghambat utama pertumbuhan rohani/iman kita. Ingatlah peringatan yang berbunyi “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” Amsal 1618. Kiranya Tuhan yang Maha Pengampun menolong kita dalam merayakan Natal dapat pula mengampuni orang yang bersalah kepada kita dan dengan rendah hati mengakui keselahan kita kepada orang yang kepadanya kita telah bersalah, tidak membawanya memasuki Tahun yang baru. Mengampuni adalah melepaskan hak untuk membalas atau menghukum kembali. Sudahkah di hari Natal ini anda melepaskan hak tersebut, seperti Allah yang telah melepaskan hak-Nya untuk menghukum anda? Semoga ada perdamaian diantara kita. Perdamaian dengan sesama kita Dimensi ketiga perdamaian oleh Yesus Kristus, adalah aspek perdamaian yang sering dilupakan oleh umat Kristen, yaitu perdamaian dengan lingkungan. Bukan saja dengan alam sekitar tetapi juga dengan masyarakat sekitar waktu lalu diadakan sebuah konferensi internasional membahas usaha-usaha untuk mengurangi kepanasan bumi. Konferensi tersebut adalah konferensi yang kesekian-kalinya diadakan sebagai pernyataan keprihatinan dunia internasional terhadap bumi yang makin panas ini. Akibat kesukaran mencari nafkah dan ketamakan manusia akan harta maka manusia tidak segan-segan merusak lingkungan sekitarnya demi kekayaan. Pembakaran hutan, pembuangan limbah ke sembarang tempat dan pencemaran lingkungan sudah menjadi “hobby” kaum pengusaha demi profit yang akan diperolehnya. Di dalam arena ini kaum Kristen nampaknya kurang terlibat, mungkin kuatir disebut pengikut New Age, seperti VP Al Gore tersebut. Namun demikian di masa raya Natal ini janganlah kita lupa bahwa justru melalui kelahiran Yesus Kristus dipertemukanlah kaum elit, yaitu para majus dan rakyat jelata, para gembala di kandang Betlehem. Biarlah di masa raya Natal ini kita diingatkan kembali akan panggilan kita untuk menciptakan perdamaian dengan lingkungan masyakarat sekitar kita. Khususnya di tengah era globalisasi dan masyarakarat yang serba majemuk dan pluralistik ini. Kita hidup di tengah masyarakat yang beragam suku, ras, agama dan sebagainya. John Naisbit dalam bukunya yang populer “Global Paradox“, mengungkapkan bahwa bangsa-bangsa kini banyak yang ingin indipenden, berdiri sendiri secara politik namun dalam ekonomi bergantung satu dengan yang lain, ini adalah suatu paradoks. Dalam mewujudkan perdamaian dengan lingkungan, prinsip paradoks tersebut dapat pula kita terapkan. Di dalam keeksklusifan iman kepercayaan kita yang mengakui satu-satunya Juruselamat ialah Yesus Kristus yang lahir di hari Natal itu adalah Allah yang menjelma jadi manusia, janganlah kita hidup secara eksklusif. Kita harus dapat memasukan semua masyarakat dengan latar belakang suku dan agama yang berbeda serta yang berkemauan baik, dalam usaha-usaha bersama untuk perbaikan dan peningkatan kehidupan masyarakat di mana kita ditempatkan Tuhan. Kita harus membedakan bahwa mengargai dan menerima mereka bukan berarti mengakui kebenaran kepercayaan mereka. Apapun latar belakang suku dan agama mereka, mereka adalah juga sesama umat manusia yang adalah gambar dan rupa Allah dan bagi mereka juga Allah telah datang. Semoga dengan semangat Natal, di mana Yesus Kristus datang untuk memperdamaikan seluruh umat manusia di dalam diri-Nya kita meperbaharui sikap dan tindakan kita terhadap lingkungan dan masyarakat. Bukankah Yesus berkata “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” Matius 59 Dimensi keempat atau terakhir yang perlu diperdamaikan dalam Yesus Kristus adalah diri kita sendiri. Perdamaian dengan diri sendiri adalah sangat penting karena sikap terhadap diri sendiri akan mempengaruhi kepribadian dan tindakan kita sebagai anak-anak Allah. Tidak sedikit orang percaya yang tidak dapat menerima dirinya, baik secara fisik dan terutama kepribadian. Penolakan kepada diri sendiri adalah juga salah satu penghambat besar bagi pertumbuhan rohani/iman kita. Khususnya bagi orang yang merasa dan menganggap dirinya seorang yang gagal. Gagal sebagai suami atau isteri seperti Adam dan Hawa itu, gagal sebagai anak seperti Kain itu, gagal sebagai ayah seperti si imam Eli itu, bahkan gagal sebagai hamba Tuhan seperti nabi Elia itu. Semua kita cenderung untuk tidak dapat menerima diri yang gagal karena kita hidup di tengah dunia yang serba menuntut kesuksesan dan achiement. Perasaan gagal tersebut mengakibatkan depresi dalam hidup dan kita kehilangan sukacita. Lewis seorang filsut dan theolog Inggris berkata “I think if God forgives us, we must forgive ourselves. Otherwise it is almost like setting up ourselves as a higher tribunal than Him.” Semoga saat merayakan Natal ini dengan penuh kerendahan hati dan pengucapan syukur kita dapat menerima dan mengampuni diri kita sendiri sebagaimana Yesus Kristus yang di palungan menerima dan mengampuni setiap orang yang datang pada-Nya entah para majus ataupun gembala itu. Ingatlah bahwa di hari Natal, Allah telah menjelma menjadi manusia malah sebagai bayi kecil dan lemah dengan segala keterbatasan manusia, karena Ia dapat menerima pula diri-Nya sebagai manusia, bahkan Ia pun dapat dicobai sekalipun Ia tidak berdosa. Kiranya Tuhan menolong kita semua setelah keterputusan hubungan yang menyeluruh akibat dosa, melalui Yesus Kristus kita diperdamaikan dengan sempurna di dalam Dia yang sempurna dalam hubungan kita dengan Allah, sesama, lingkungan dan diri sendiri. “Selamat Hari Natal dan Selamat Tahun Baru”
Berbicaratentang makna Natal yang sesungguhnya, banyak orang yang mengaku beragama Kristen pun, ternyata tidak mengetahuinya. Makna Natal yang sesungguhnya semakin teralihkan oleh beberapa hal seperti : promosi-promosi barang-barang dengan diskon spesial di akhir tahun yang ditawarkan oleh banyak pusat-pusat perbelanjaan, Natal seolah makin identik dengan seorang tua gendut berjangkut putih
LENGKONG, - Sajian renungan natal 2022 tentang euforia kelahiran dan makna kedatangan Kristus bagi manusia berdosa yang mengalami keterpisahan dengan kasih karunia Bapa. Menyambut hari raya kelahiran Sang Juru Selamat 25 Desember, mari kita memaknai melalui renungan natal 2022 tentang euforia kelahiran dan makna kedatangan Kristus bagi kita yang penuh dengan dosa, sehingga Allah yang Maha Pemurah mengutus Anak-Nya. Berikut renungan natal 2022 tentang euforia kelahiran dan makna kedatangan Kristus bagi manusia berdosa yang telah mengalami keterpisahan dengan kasih Karunia Tuhan Baca Juga Khotbah Misa Malam Natal Sabtu 24 Desember 2022 Yesus Datang sebagai Raja dan Pembawa Berkat Bagi Kita Manusia Sudah menjadi kebiasaan bagi kita untuk bersenang-senang, bergembira ria, dan bersukacita di saat natal dan tahun baru tiba. Musik dibunyikan, sampai tidak tahu waktu, tidak mengingat tetangga sebelah, apakah dia terganggu atau tidak, yang terpenting, saya bersukacita karena natal. Suasana ini hampir dialami oleh semua umat beriman. Sukacita natal membawa kita kepada sebuah situasi yang terlalu berlebih-lebihan dan dibuat-buat tanpa berlandasan benar dan sesuai konsep natal. Kelahiran memang selalu membawa sukacita dan kegembiraan yang amat besar. Apalagi kelahiran yang dirayakan ini adalah sang Juru Selamat Manusia. Melalui peristiwa ini sebaiknya kita memaknai melalui sajian renungan natal 2022 tentang euforia kelahiran dan makna kedatangan Kristus bagi umat manusia yang penuh dosa. Baca Juga Khotbah Hari Raya Natal 25 Desember 2022 Marilah Kita Pergi ke Betlehem untuk Melihat Apa yang Terjadi di Sana Kelahiran Yesus memang wajib bagi umat beriman untuk merayakannya. Namun satu hal yang harus kita pahami dalam menyongsong kelahiran Yesus adalah makna dibalik peristiwa kelahiran itu. Sudah jauh-jauh hari Tuhan Allah menjanjikan seorang penyelamat bagi Israel. Dari keturunan Daud dan Abraham akan lahir seorang Penyelamat. Dia datang sebagai Raja, Pembawa Berkat, dan Penebus dosa manusia. Apa yang dapat kita maknai dari labelitas yang melekat pada Yesus tersebut? Allah berjanji dan menepati janji tersebut dalam diri Tuhan kita Yesus Kristus. Namun apakah kita pernah berpikir bahwa dibalik janji itu, dunia sejak dahulu sudah tidak baik-baik saja? Terkini
. 90 310 38 273 249 321 191 4
renungan kristen tentang makna natal